7 Mitos Fertilitas yang Salah tapi Banyak Dipercaya
DokterSehat.Com – Fertilitas atau kesuburan adalah isu yang sangat sensitif di kalangan pasangan. Setelah menikah banyak orang merasa tidak bahagia lantaran susah mendapatkan anak. Kondisi ini memicu pertengkaran antar pasangan dan banyak membuat mereka saling menyalahkan.
Membicarakan fertilitas tidak bisa dilihat dari satu sisi saja. Karena pria dan wanita sama-sama memiliki peran yang besar dalam proses pembuahan. Kalau pria tidak subur, sementara wanita subur, pembuahan tidak akan terjadi. Begitupun sebaliknya saat pria subur dan wanita tidak subur.
Nah, agar masalah kesuburan ini tidak salah kaprah dan menyebabkan pasangan saling menyalahkan. Mari lebih memahami masalah fertilitas di bawah.
Mitos fertilitas yang salah dan banyak dipercaya
Mitos tentang fertilitas ada banyak dan sering sekali dipercaya oleh masyarakat. Padahal mitos itu tidak sebenarnya benar, bahkan banyak yang ngawur. Agar kita tidak terkena masalah gara-gara masalah itu, ada baik segera menyimak beberapa poin di bawah ini.
Stres membuat seseorang susah hamil
Selama ini kita selalu meyakini kalau masalah stres selalu berhubungan dengan stres. Kalau seseorang mengalami stres, tubuhnya akan sering mengalami inflamasi. Kondisi ini sangat buruk untuk kesehatan secara menyeluruh.
Stres memang bisa menyebabkan kemandulan, tapi kondisi ini tidak satu-satu faktor yang menentukan apakah seseorang mengalami kemandulan atau tidak. Oleh karena itu, ada baiknya untuk menjaga kesehatan fisik dan juga mental kalau ingin hamil.
Cukup kerja keras saja
Beberapa orang menganggap kalau pasangan yang tidak juga dikaruniai anak adalah mereka yang belum mampu bekerja keras. Padahal pasangan ini sudah mencoba berbagai cara agar bisa mendapatkan anak. Kerja keras dalam artian melakukan seks secara rutin bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan seseorang mengalami masalah pada kesuburannya.
Terkadang melakukan seks secara berlebihan bisa menyebabkan seseorang mengalami kekurangan sperma. Selanjutnya waktu yang tidak tepat dalam melakukan seks juga menyebabkan wanita susah mengalami pembuahan pada sel telurnya. Kerja keras tidak hanya berhubungan dengan kuantitas seks saja, tapi juga waktu yang tepat.
Usia hanya memengaruhi kesuburan wanita
Seiring dengan berjalannya waktu, kualitas sel telur yang dihasilkan oleh wanita akan mengalami penurunan kualitas. Itulah kenapa wanita hanya diperbolehkan hamil hingga berusia 35 tahun. Lebih dari itu kesuburannya anjlok dan ada risiko yang besar saat melakukan persalinan.
Kesuburan wanita sebenarnya bukan satu hal yang harus diperhatikan. Pasalnya seorang pria juga bisa mengalami penurunan kesuburan. Sejak usia 30 tahun kadar testosteron di dalam tubuh anjlok. Penurunan ini bisa saja membuat jumlah sperma anjlok.
Kemandulan adalah masalah wanita
Selama ini masalah kemandulan selalu disalahkan pada wanita saja. Padahal kemandulan tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Kemandulan berhubungan dengan ketidakmampuan sel kelamin dalam menjalankan perannya.
Kalau pasangan tidak segera mendapatkan momongan, kemungkinannya ada tiga, kalau tidak wanita yang mandul berarti pria, selain itu kedua belah pihak juga bisa mengalaminya. Cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mengetahui kemandulan adalah dengan melakukan tes laboratorium.
Setelah memiliki anak semua orang akan subur
Setelah berhasil mendapatkan momongan, seorang pria dan wanita akan subur hingga waktunya menopause atau andropause. Selama belum sampai usia itu pria dan wanita masih dianggap subur dan mudah mendapatkan keturunan kembali.
Sebenarnya memiliki anak tidak menjamin seorang wanita atau pria bisa terus subur. Setelah memiliki anak bisa jadi mereka tidak subur karena gaya hidup yang buruk. Kalau sampai kondisi ini terjadi, kehamilan kedua akan susah terjadi.
Masturbasi membuat pria mandul
Masturbasi tidak bisa membuat seorang pria menjadi mandul. Namun, kalau masturbasi dilakukan secara berlebihan, sperma yang dihasilkan akan sedikit. Dampaknya kalau pria melakukan seks dengan pasangan, kemampuan untuk melakukan pembuahan akan anjlok.
Istirahatlah 2-3 hari kalau ingin melakukan seks dengan tujuan pembuahan. Kalau seks dilakukan untuk sekadar senang-senang, tidak masalah kapan saja.
Kesehatan tidak memengaruhi kesuburan
Yang benar adalah kesehatan sangat memengaruhi kesuburan. Bahkan kalau pasangan melakukan seks dalam kondisi tidak sehat, kemungkinan terjadi masalah kesuburan akan sangat besar. Usahakan seks dilakukan dalam kondisi sama-sama sehat.
Cara meningkatkan fertilitas
Meningkatkan fertilitas bisa dilakukan dengan melakukan beberapa hal di bawah ini. Pria dan wanita harus sama-sama melakukan dengan baik. Dengan begitu kesempatan mendapatkan anak jauh lebih besar.
- Melakukan olahraga dengan intens setiap harinya. Olahraga dilakukan untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat secara fisik dan juga mental. Selama ini masalah olahraga sering sekali diabaikan meski sangat berguna untuk menunjang kesuburan.
- Menurunkan jumlah lemak di dalam tubuh dan sebisa mungkin untuk tidak mengalami obesitas. Cara terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah dengan olahraga dan diet. Mengatur pola makan bisa membuat lemak di dalam tubuh terus menurun dengan sendirinya.
- Mengonsumsi makanan yang bisa meningkatkan kesuburan pada tubuh. Makanan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesuburan adalah kecambah, tiram, dan makanan dengan kandungan asam folat.
- Menyembuhkan penyakit yang ada hubungannya dengan sistem reproduksi. Pada pria gangguan di testis bisa menyebabkan mereka tidak subur. Sementara itu pada wanita, gangguan terjadi kalau ada mioma, endometriosis, hingga kista.
- Mengonsumsi obat khusus untuk kesuburan. Dokter biasanya memberikan ini kalau Anda dan pasangan sedang bersiap untuk mendapatkan keturunan.
Demikian ulasan tentang fertilitas dan cara meningkatkannya dengan sempurna. Nah, dari beberapa mitos di atas, mana saja yang pernah Anda percayai sebelumnya? Semoga setelah ini kita tidak mempercayai hal-hal yang belum jelas kebenarannya.
0 Response to "7 Mitos Fertilitas yang Salah tapi Banyak Dipercaya"
Posting Komentar